REPORTASE JAKARTAJakarta, 15 Agustus 2025 — Program Makan Bergizi Gratis (MBG) terus menunjukkan dampak nyata bagi peningkatan kualitas gizi dan kesehatan anak-anak Indonesia. Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana, mengatakan program ini berperan penting dalam meningkatkan kualitas gizi anak-anak Indonesia di masa depan.
Dalam diskusi Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) bertema “Satu Piring Makan Bergizi Gratis Sejuta Harapan”, Dadan menjelaskan bahwa program ini tidak hanya terlihat dari jumlah penerima manfaat, tetapi juga dari perbaikan kondisi kesehatan dan kebiasaan makan anak-anak di berbagai daerah. “Kita mulai dengan target 500 SPG (Satuan Pelaksana Gizi), tetapi hari ini sudah lebih dari sepuluh kali lipat. Alhamdulillah, dampaknya terasa langsung di sekolah. Anak-anak lebih bersemangat, tingkat kehadiran meningkat, dan kesehatan mereka menunjukkan perbaikan,” ujar Dadan.
Dadan menjelaskan bahwa standar gizi dalam program ini disusun dengan komposisi seimbang, yakni 30 persen protein, 40 persen karbohidrat, dan 30 persen serat sesuai kebutuhan kalori anak. Menu juga disesuaikan dengan kearifan lokal dan selera anak di setiap daerah. “Di Sukabumi, misalnya, anak-anak paling suka daging sapi. Di Banten, lele jadi favorit. Dengan cara ini, anak makan dengan senang hati dan makanannya tidak terbuang,” jelasnya.
Dampak positif mulai terlihat. Berdasarkan laporan lapangan, tingkat kehadiran siswa meningkat dari rata-rata 70 persen menjadi 95 persen sejak program berjalan. Di salah satu SPG, penelitian selama setahun menunjukkan peningkatan berat badan, perbaikan hasil tes kesehatan, dan penurunan jumlah anak dengan kekurangan gizi.
Dadan juga menekankan bahwa program MBG tidak hanya berfokus pada gizi, tetapi juga membawa dampak ganda pada ekonomi lokal dan ketahanan pangan. Dengan mengandalkan pasokan bahan baku dari potensi pangan lokal, setiap SPG yang melayani 3.000–3.500 peserta membutuhkan pasokan harian sekitar 200 kilogram beras, 3.500 butir telur, 350 ekor ayam, 3.500 ekor lele, dan 450 liter susu.
“Satu SPG mengelola anggaran sekitar Rp10 miliar per tahun, 85 persen untuk membeli bahan baku, dan 90 persen dari pertanian lokal. Jadi, uangnya berputar di desa, tidak keluar daerah,” jelas Dadan. Pendekatan ini membuat pasokan pangan lebih terjamin, distribusi lebih cepat, dan harga lebih stabil.
Dengan demikian, program MBG dapat menjadi contoh bagi program lainnya dalam meningkatkan kualitas gizi dan ekonomi lokal. Dadan berharap bahwa program ini dapat terus berkembang dan memberikan manfaat yang lebih besar bagi masyarakat Indonesia.
Dalam kesempatan tersebut, Dadan juga menyampaikan terima kasih kepada Presiden Prabowo, Wakil Presiden Gibran, pemerintah daerah, pelaku usaha, dan seluruh pihak yang mendukung program ini. Dengan kerja sama yang baik, program MBG dapat terus berjalan dan memberikan dampak positif bagi masyarakat Indonesia.
(Larty).