Dalam kritik pedasnya, Herry menilai aparat penegak hukum terlihat hanya berani pada rakyat kecil, namun bungkam ketika kekuasaan atau elit tertentu ikut tersentil oleh pemberitaan pers. “Kalau hadapi rakyat kecil, kalian bisa cepat, galak, bahkan represif. Tapi begitu jurnalis diteror, semua tiba-tiba bungkam. Jangan-jangan pelakunya bagian dari orang kuat yang kalian lindungi?” tuding Herry. Presiden Prabowo Disentil : “Tunjukkan Nawa Cita, Jangan Biarkan Pers Diteror!”
Herry juga melontarkan sentilan keras kepada Presiden Prabowo Subianto. agar tidak tinggal diam terhadap ancaman terhadap kebebasan pers di masa awal pemerintahannya. “Pak Presiden, ini ujian nyata. Asta Cita bukan hanya di atas kertas. Jika kebebasan jurnalis tidak Anda lindungi, maka ke mana arah pemerintahan ini ….. ? Segera bertindak atau rakyat kecewa!” ungkapnya. -Syahbudin Padank : Simbol Perlawanan terhadap Pembungkaman Herry menyebut kasus Syahbudin sebagai puncak dari gunung es yang mencerminkan maraknya tekanan terhadap jurnalis – jurnalis yang kritis terhadap kekuasaan dan kebijakan publik. “Syahbudin hanyalah salah satu dari sekian banyak korban. Tapi ia adalah simbol bahwa suara rakyat tidak bisa dibungkam. Hari ini dia diteror, besok bisa siapa saja jika kita diam!” kata Herry. Ketua Umum Aliansi Cyber Pers Aktivis Indonesia Siap Kawal hingga Aksi Nasional Tak berhenti pada pernyataan, Herry Setiawan menegaskan bahwa Aliansi Cyber Pers Aktivis Indonesia siap mengawal kasus ini secara total baik di ranah hukum maupun di jalanan, bila diperlukan. “Kami beri waktu. Jika dalam hitungan hari tidak ada progres, kami siap turun ke jalan. Akan kami desak Kapolri, Dewan Pers, dan semua pihak bertanggung jawab. Jangan main-main dengan nyawa jurnalis!” ancamnya. “Kalau Tak Bisa Tegakkan Keadilan, Silahkan Mundur Dari Jabatan Kalian …. !!!!! Menutup pernyataannya, Herry mengajak seluruh elemen masyarakat, organisasi wartawan, dan aktivis sipil untuk tidak tinggal diam menghadapi teror terhadap insan pers jurnalistik wartawan. “Kalau institusi gagal memberikan rasa aman, maka rakyat berhak mengatakan: mundur saja! Jabatan bukan tempat bersembunyi dari tanggung jawab. Ini soal nyawa, ini soal keberanian bicara benar!” pungkasnya. Hingga berita ini diterbitkan, belum ada keterangan resmi dari Polres Subulussalam atau Polda Aceh mengenai perkembangan penyelidikan kasus teror terhadap Syahbudin. Publik kini menanti, apakah negara benar-benar berdiri di pihak kebenaran, atau tetap membiarkan jurnalis menjadi sasaran pembungkaman. (Christopher).