Dari pikiran orang Astina justru sebaliknya, dengan Abimanyu datang ke Astina lewat Arjuna, memanfaatkan hormat nya Arjuna pada guru Drona, Abimanyu akan dibunuh. Arjuna yang marah dan sudah tidak berpikir dengan naluri ksatria lagi mengancam untuk membunuh Abimanyu namun masih segan karena ada Semar. Untuk itulah setelah Abimanyu lari, Arjuna mengejar. Kembimbangan terjadi di persimpangan jalan, membuat cerita menjadi dua bagian yang menunjukkan bahwa akibat ambisi, salah mengambil keputusan karena informasi yang salah (ini tanggung jawab pewarna untuk tetap konsisten mewartakan kebenaran), menghasilkan efek domino. Pertama: Arjuna yang sedang marah justru menjadi tidak terkendali dan berprasangka bahwa pasti Abimanyu ke pusat kota dan berlindung kepada Darmakusuma, raja Amarta. Karena gelap mata itulah Arjuna kehilangan identitas aslinya, ketika Darmakusuma berkata seperti raksasa, maka seketika berubah menjadi raksasa yang berusaha membunuh Darmakusuma. Sang raja lolos, membuat raksasa jelmaan Arjuna semakin jahat. Kedua: Abimanyu yang terus berlari bertemu dengan Ki Ajar Padang di padepokan Tibrasara, mendapatkan pengajaran tentang kehidupan yang berkenaan kepada Tuhan. Tentang pembelaan Tuhan ketika tetap berjalan dalam kebenaran termasuk menghadapi orang yang berniat jahat. Hormat kepada orang tua dan pemimpin adalah hal yang disenangi Tuhan. Terbukti ketika Abimanyu hendak dibunuh oleh pembunuh bayaran Astina bisa lolos karena Tuhan tempatkan Gatotkaca menjadi penolong. Disisi lain Ki Ajar Padang yang tahu cerita ini, ke Amarta untuk ikut sayembara mengalahkan raksasa namun berganti baju menjadi Satria Bambang Pramudita. Kisah ini diakhiri dengan dialog indah tentang kehidupan, kepemimpinan, menanti waktu Tuhan dan tetap tidak protes pada proses. Berapa banyak karena ingin cepat berhasil justru menjadi berantakan karena salah pilih jalan. Banyak jalan yang disangka lurus padahal ujungnya menuju maut. Pramudita yang adalah Darmakusuma kembali ke bentuk awal setelah berdialog dengan Astrajingga alias Cepot. Kiranya pewarna Indonesia tetap menjadi pewarna yang mewarnai Indonesia dengan keindahan dan semakin indah. Menjalankan amanat Agung Tuhan dengan karya tulisan yang mencerminkan karakter Kristus. Tuhan Yesus memberkati dengan segala hal yang baik,katanya kepada Awak media sambil menutup perbincangan kepada Awak media (Romo Kefas Hervin Devananda).
Dari pikiran orang Astina justru sebaliknya, dengan Abimanyu datang ke Astina lewat Arjuna, memanfaatkan hormat nya Arjuna pada guru Drona, Abimanyu akan dibunuh. Arjuna yang marah dan sudah tidak berpikir dengan naluri ksatria lagi mengancam untuk membunuh Abimanyu namun masih segan karena ada Semar. Untuk itulah setelah Abimanyu lari, Arjuna mengejar. Kembimbangan terjadi di persimpangan jalan, membuat cerita menjadi dua bagian yang menunjukkan bahwa akibat ambisi, salah mengambil keputusan karena informasi yang salah (ini tanggung jawab pewarna untuk tetap konsisten mewartakan kebenaran), menghasilkan efek domino. Pertama: Arjuna yang sedang marah justru menjadi tidak terkendali dan berprasangka bahwa pasti Abimanyu ke pusat kota dan berlindung kepada Darmakusuma, raja Amarta. Karena gelap mata itulah Arjuna kehilangan identitas aslinya, ketika Darmakusuma berkata seperti raksasa, maka seketika berubah menjadi raksasa yang berusaha membunuh Darmakusuma. Sang raja lolos, membuat raksasa jelmaan Arjuna semakin jahat. Kedua: Abimanyu yang terus berlari bertemu dengan Ki Ajar Padang di padepokan Tibrasara, mendapatkan pengajaran tentang kehidupan yang berkenaan kepada Tuhan. Tentang pembelaan Tuhan ketika tetap berjalan dalam kebenaran termasuk menghadapi orang yang berniat jahat. Hormat kepada orang tua dan pemimpin adalah hal yang disenangi Tuhan. Terbukti ketika Abimanyu hendak dibunuh oleh pembunuh bayaran Astina bisa lolos karena Tuhan tempatkan Gatotkaca menjadi penolong. Disisi lain Ki Ajar Padang yang tahu cerita ini, ke Amarta untuk ikut sayembara mengalahkan raksasa namun berganti baju menjadi Satria Bambang Pramudita. Kisah ini diakhiri dengan dialog indah tentang kehidupan, kepemimpinan, menanti waktu Tuhan dan tetap tidak protes pada proses. Berapa banyak karena ingin cepat berhasil justru menjadi berantakan karena salah pilih jalan. Banyak jalan yang disangka lurus padahal ujungnya menuju maut. Pramudita yang adalah Darmakusuma kembali ke bentuk awal setelah berdialog dengan Astrajingga alias Cepot. Kiranya pewarna Indonesia tetap menjadi pewarna yang mewarnai Indonesia dengan keindahan dan semakin indah. Menjalankan amanat Agung Tuhan dengan karya tulisan yang mencerminkan karakter Kristus. Tuhan Yesus memberkati dengan segala hal yang baik,katanya kepada Awak media sambil menutup perbincangan kepada Awak media (Romo Kefas Hervin Devananda).
