“Pemerintah harus bekerja sama dengan Perguruan Tinggi, dalam membudidayakan bibit unggul, dan bibit yang disediakan tidak harus impor dari Vietnam atau Brazil. Gunakan saja bibit lokal yang telah melalui proses ujicoba oleh Perguruan Tinggi,” kata Anggota DPR RI Fraksi PDI Perjuangan tersebut.

“Saya ini petani kopi, jadi paham betul kondisi yang dialami petani, dengan demikian salah satu upaya pemerintah ada menghasilkan bibit yang cocok untuk semua musim, apalagi saat ini kebun kopi masyarakat sebagian besar tanaman tua yang sudah turun temurun,” jelasnya. Dan yang tidak kalah pentingnya kata Mukhlis yang juga Anggota komisi I DPR RI, pendampingan oleh tenaga profesional kepada petani. Sedangkan yang terjadi saat kebalikannya, karena banyak Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) alih tugas. “Faktanya di lapangan banyak PPL yang jadi lurah, camat bahkan kepala dinas, untuk itu kedepan alih tugas tersebut tidak ada lagi, karena petani sangat butuh pendampingan dari PPL tentang bagaimana memilih bibit unggul, perawatan tanaman, dan membasmi hama yang banyak dikeluhkan oleh petani,” ujar Mukhlis yang terpilih sebagai Anggota DPR RI dari Dapil Lampung I. Secara kualitas kata Mukhlis kopi robusta Lampung tidak kalah dengan kopi dari daerah lain, buktinya, kopi robusta Lampung Barat telah diakui baik oleh negara luar, dengan masuk 10 besar terbaik pada ajang kopi speciality Indonesia dengan score cupping 88,38, meraih penghargaan Bronze Gourmet pada ajang penghargaan AVPA Gourmet Product Paris 2018 pada kategori roastery D’Lampung dengan sampel kopi robusta petani Lampung Barat. “Secara kualitas dan rasa kopi robusta Lampung secara umum dan khususnya Lampung Barat tidak kalah dengan kopi dari daerah lain, dengan meraih predikat terbaik pada ajang tingkat internasional. Tetapi kenapa petani kopi kita belum sejahtera, itulah menjadi tugas pemerintah mencarikan solusi terbaik,” Pungkas Mukhlis dengan kalimat penutup “Ingat Kopi, Ingat Lampung Barat”. (Red)