REPORTASE  JAKARTA

Medan — Para santri di Medan rentan menjadi sasaran empuk dalam menerima paham intoleransi dan radikalisme. Hal ini disebabkan karena para santri yang umumnya masih berusia remaja menjelang dewasa sedang dalam fase pencarian jati diri yang membutuhkan sosok yang mereka anggap pahlawan untuk diadopsi.

“Adik-adik kita para santri ini umumnya masih berusia remaja menjelang dewasa yang sedang memasuki fase pencarian jati diri. Jadi mereka ini masih kosong, dan polos. Jadi, mereka ini menjadi sasaran empuk bagi penyebar paham radikal dan terorisme,” jelas Ustaz Rony Syamsuri Lubis, eks narapidana terorisme, usai menyampaikan paparan tentang mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila guna mencegah penyebaran paham radikal dan intoleransi ke para santri Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah Medan.

Ustaz Rony juga menjelaskan bahwa ada beberapa variabel potensi yang bisa memecah belah bangsa Indonesia, antara lain ketimpangan sosial ekonomi, minimnya pendidikan kebangsaan, eksklusivisme beragama, kekecewaan terhadap pemerintah, dan ketidakadilan. “Narasi keadilan sering digunakan orang untuk berbuat anarkis. Ketidakadilan membuka peluang paham radikalisme,” jelasnya.

Sebagai mantan teroris dan ketua X TERNAL (Ex Terorist Intern Alliance) untuk wilayah Sumut, Ustaz Rony mengingat kembali saat proses penangkapan dirinya oleh aparat kepolisian. “Penangkapan saya sebagai teroris membawa saya ke jalan kesadaran bahwa ada negara-negara lain dengan keserakahan ingin mengacaukan Indonesia. Kekayaan alam yang dimiliki Indonesia menggoda banyak negara. Bagaimana caranya menguasai Indonesia tanpa harus menciptakan peperangan dengan cara proxy war supaya Indonesia tidak aman, salah satunya menanamkan ideologi terorisme, radikalisasi, dan intoleransi,” jelasnya.

Ustaz Rony juga menekankan bahwa Pancasila sebagai ideologi bangsa menjadi solusi ampuh menghempang paham radikalisme dan terorisme. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila telah mencakup semuanya, seperti spiritualitas dan toleransi beragama dalam sila pertama, norma adab, kesantunan, dan anti kekerasan yang terkandung di sila kedua.

Dalam kesempatan tersebut, Ustaz Rony juga menyampaikan dukungan dari masyarakat Kota Medan khususnya generasi muda untuk berkontribusi dalam pencegahan paham radikal dan intoleransi. Dengan demikian, diharapkan para santri dan generasi muda dapat menjadi agen perubahan yang positif dalam membangun masyarakat yang lebih harmonis dan toleran.

Dengan memahami nilai-nilai Pancasila dan meningkatkan kesadaran akan bahaya paham radikalisme dan intoleransi, diharapkan para santri dapat menjadi lebih kuat dan tidak mudah terpengaruh oleh paham-paham yang dapat memecah belah bangsa. (Tim /R).

By admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

toto slot