Untuk mendukung kemandirian pangan, BPN juga fokus menjaga stabilitas harga di tingkat produsen dan konsumen. BPN memastikan harga pangan di tingkat produsen terjaga, agar para petani tetap mendapatkan insentif yang layak. Saat ini, Nilai Tukar Petani (NTP) masih berada di bawah angka 100, yang artinya pendapatan petani belum maksimal. Menurutnya, langkah stabilisasi harga ini bertujuan agar harga pangan di pasaran tetap terjangkau bagi masyarakat, namun juga menguntungkan bagi para petani sebagai produsen. Nita menambahkan, Indonesia memiliki potensi pangan lokal yang beragam, yang tidak hanya bergantung pada beras sebagai sumber karbohidrat. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk memiliki kesadaran akan keberagaman pangan lokal, melalui kampanye Gerakan B2SA (Beragam, Bergizi, Seimbang, dan Aman). “Dari anak-anak hingga dewasa, kami dorong untuk mencintai pangan lokal. Indonesia kaya akan sumber pangan, bukan hanya beras, tetapi juga umbi-umbian dan sagu sebagai alternatif karbohidrat,” tambahnya. Salah satu inisiatif BPN ini dalam rangka menjaga ketahanan pangan juga dilakukan dengan edukasi kepada masyarakat untuk mengurangi pemborosan pangan melalui gerakan “Stop Boros Pangan”. Data menunjukkan bahwa sekitar 10 juta ton pangan terbuang sia-sia setiap tahunnya, yang seharusnya bisa dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat. Karena itu, kampanye “Stop Boros Pangan” ini bertujuan untuk mengubah mindset masyarakat agar lebih bijak dalam mengelola dan mengkonsumsi pangan. Di samping itu, sinergi pentahelix, sebagai strategi kolaborasi lintas sektor, memungkinkan BPN bekerja sama dengan berbagai pihak untuk mencapai ketahanan pangan yang berkelanjutan. Kolaborasi ini juga sejalan dengan arahan Presiden Prabowo Subianto, di mana sektor pertanian menjadi perhatian utama dalam pemerintah saat ini. Karenanya BPN berharap, dengan adanya sinergi pentahelix, tantangan dalam distribusi dan harga pangan bisa diatasi dengan lebih optimal. (Red).
Untuk mendukung kemandirian pangan, BPN juga fokus menjaga stabilitas harga di tingkat produsen dan konsumen. BPN memastikan harga pangan di tingkat produsen terjaga, agar para petani tetap mendapatkan insentif yang layak. Saat ini, Nilai Tukar Petani (NTP) masih berada di bawah angka 100, yang artinya pendapatan petani belum maksimal. Menurutnya, langkah stabilisasi harga ini bertujuan agar harga pangan di pasaran tetap terjangkau bagi masyarakat, namun juga menguntungkan bagi para petani sebagai produsen. Nita menambahkan, Indonesia memiliki potensi pangan lokal yang beragam, yang tidak hanya bergantung pada beras sebagai sumber karbohidrat. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk memiliki kesadaran akan keberagaman pangan lokal, melalui kampanye Gerakan B2SA (Beragam, Bergizi, Seimbang, dan Aman). “Dari anak-anak hingga dewasa, kami dorong untuk mencintai pangan lokal. Indonesia kaya akan sumber pangan, bukan hanya beras, tetapi juga umbi-umbian dan sagu sebagai alternatif karbohidrat,” tambahnya. Salah satu inisiatif BPN ini dalam rangka menjaga ketahanan pangan juga dilakukan dengan edukasi kepada masyarakat untuk mengurangi pemborosan pangan melalui gerakan “Stop Boros Pangan”. Data menunjukkan bahwa sekitar 10 juta ton pangan terbuang sia-sia setiap tahunnya, yang seharusnya bisa dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat. Karena itu, kampanye “Stop Boros Pangan” ini bertujuan untuk mengubah mindset masyarakat agar lebih bijak dalam mengelola dan mengkonsumsi pangan. Di samping itu, sinergi pentahelix, sebagai strategi kolaborasi lintas sektor, memungkinkan BPN bekerja sama dengan berbagai pihak untuk mencapai ketahanan pangan yang berkelanjutan. Kolaborasi ini juga sejalan dengan arahan Presiden Prabowo Subianto, di mana sektor pertanian menjadi perhatian utama dalam pemerintah saat ini. Karenanya BPN berharap, dengan adanya sinergi pentahelix, tantangan dalam distribusi dan harga pangan bisa diatasi dengan lebih optimal. (Red).
